Minggu, 25 Desember 2011

Sejarah Lagu Banjar


Sejarah Lagu Banjar
Lagu Banjar adalah lagu-lagu berbahasa Banjar. Menurut seniman/ pencipta lagu-lagu Banjar yaitu H. Anang Ardiansyah (67 tahun) dilihat daerah perkembangannya lagu-lagu (pantun) berirama khas Banjar di Kalimantan Selatan terbagi menjadi 3 yaitu pantun yang berkembang di tepian sungai, pantun yang berkembang di daratan dan pantun yang berkembang di pesisir pantai.

Jenis-jenis pantun (lagu) tersebut antara lain :

  • Lagu (Pantun) Rantauan yaitu lagu-lagu yang berkembang di sepanjang tepian sungai khususnya di daerah Banjar Kuala. Ciri-ciri lagu ini beralun-alun dan bergelombang-gelombang seperti gelombang sungai dan seperti orang yang meratapi nasib. Perbedaan lagu Rantauan dengan lagu Pasisiran, misalnya pada lagu Rantauan mangancang meratapi nasib (melengking tinggi sambil meratapi nasib), sedangkan lagu Pasisiran mangancang tapi ba-arti (melengking tinggi memiliki tujuan tertentu)
  • Lagu (Pantun) Pandahan yaitu lagu-lagu Japin yang berasal dari Hulu Sungai (Banjar Hulu) yaitu dari Kota Rantau sampai Tanjung. Lagu ini disebut juga Lagu Tirik, karena dinyanyikan ketika urang ma-irik banih (orang yang sedang memisahkan bulir-bulir padi dengan tangkainya dengan cara diinjak-injak ketika panen). Lagu ini dinyanyikan sambil baturai (bersahut-sahutan, berbalas), dimana kata akhir sebuah bait dipakai lagi menjadi awal bait yang selanjutnya, contohnya lagu Paris Barantai ciptaan H. Anang Ardiansyah.
  • Lagu (Pantun) Pasisiran yaitu lagu yang berkembang di daerah pesisiran Kota Baru (Sigam), yang dinyanyikan melengking-lengking dengan nada tinggi (karena ada sedikit pengaruh Bugis). Contohnya, lagu Japin Sigam yang mengiringi tari Japin Sigam. Lagu yang bernuansa pasisiran lainnya yaitu lagu Intan Marikit ciptaan Agit Kursani.
Ketiga jenis tersebut di atas merupakan jenis lagu-lagu Musik Panting. Pada musik panting yang asli di daerah Banjar di pakai tiga jenis alat musik saja yaitu panting (gambus), babun (gendang) dan agung (gong). Di daerah rantauan yang berbau Arab-Indonesia ditambahan alat musik kaprak. Dan ada pula yang menambahkan tamborin. Lagu Pandahan di Hulu Sungai menggunakan babun (gendang) sebagai unsur yang dominan, juga terdapat rebab dan terbang. Penambahan babun yang bunyinya menghentak-hentak sangat sesuai karena sering dipakai sebagai pengiring ba-kuntau (silat). Sedangkan Lagu Pasisiran ditambahkan biola (pengaruh Arab), karena fungsinya sebagai pengiring tarian Japin (Zafin) dengan hentakan kaki yang khas (kapincalan). Dari sinilah adanya unsur biola pada musik panting.
Sebagai pungkala (patron) dalam mengambil penciptaan jenis lagu Banjar dari 3 macam irama (cengkok):
  • Dundam yaitu lagu-lagu yang agak sedih, seperti orang manggarunum (bergumam) tetapi dinyanyikan, misalnya menyanyikan lagu ketika mengayun anak dalam ayunan (menidurkan). Jenis ini juga dipakai sebagai nyanyian yang bercerita sejarah seperti kisah Putri Junjung Buih yang menyayat hati. Contoh irama dundam adalah lagu Tatangis ciptaan Hamiedan AC.
  • Madihin yaitu lagu-lagu pada kesenian madihin. Contoh lagu irama madihin adalah lagu Dayuhan wan Intingan ciptaan H. Anang Ardiansyah
  • Lamut yaitu lagu-lagu pada kesenian ba-lamut.
Lagu Ampar-Ampar Pisang ciptaan Thamrin, tapi dirilis oleh Hamiedan AC dan lagu Paris Barantai ciptaan H. Anang Ardiansyah merupakan dua lagu yang menjadi kiblat dalam mencipta lagu daerah Banjar. Hal ini karena kedua lagu inilah yang pertama kali direkam dan dikenal banyak orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar